Keputusan Munas Tarjih Muhammadiyah ke-26 tahun 2003 di Padang Sumatera Barat
Puasa Hari Asyura dan Tasu’a (tanggal 9 dan 10 Muharram)
Berpuasalah, jika engkau
menghendaki, pada hari ‘Asyura, yaitu hari kesepuluh bulan Muharram,
karena Rasulullah saw memerintahkan berpuasa pada hari itu sebelum
diwajibkannya puasa Ramadan, dan setelah diwajibkan puasa Ramadan,
beliau menyatakan: siapa yang ingin berpuasa pada hari itu silahkan
melakukannya dan siapa yang tidak ingin, silahkan tidak melakukannya.
Dan engkau dapat pula menggabungkan kepadanya puasa Tasu‘a, yaitu hari
kesembilan bulan Muharram. Hal ini berdasarkan dalil:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي
اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي
الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ
أَفْطَرَ [متفق عليه]
Artinya: Dari ‘Aisyah r.a. (diriwayatkan) bahwa orang-orang Quraisy pada
zaman Jahiliah melakukan puasa ‘Asyura’, kemudian Rasulullah saw
memerintahkan agar melakukan puasa ‘²syura’ tersebut sehingga diwajibkan
puasa Ramadan, dan Rasulullah saw mengatakan: Barang siapa yang ingin
melakukan puasa ‘²syura’ silahkan, dan barang siapa yang tidak ingin
melakukannya silahkan berbuka. [Hadsi muttafaq ‘alaih].
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ اْلأَكْوَعِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً مِنْ أَسْلَمَ أَنْ
أَذِّنْ فِي النَّاسِ أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ
يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ فَإِنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ
عَاشُورَاءَ [رواه البخاري]
Artinya: Dari Salamah Ibn al-Akwa‘ r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata:
Nabi saw memerintahkan seseorang dari Bani Aslam agar mengumumkan
kepada masyarakat bahwa barang siapa yang sudah terlanjur makan
hendaklah berpuasa pada sisa hari itu, dan barang siapa yang belum makan
hendaklah berpuasa, karena hari ini adalah hari ‘Asyura’. [HR
al-Bukhari].
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهماُ قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ
عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا
الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ [رواه البخاري]
Artinya: Dari Ibnu Abbas
r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya tidak pernah melihat
Rasulullah saw membiasakan berpuasa suatu hari yang lebih diutamakan
dari yang lainnya kecuali hari ini, yaitu hari Asyura’ dan bulan ini,
yaitu bulan Ramadan. [HR. al-Bukhari].
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ
أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ
كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ [رواه أحمد والنسائي]
Artinya: Dari Hafshah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Ada empat
perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi saw, yaitu puasa
Asyura’, tanggal sepuluh dan tiga hari setiap bulan serta shalat dua
rakaat sebelum shubuh. [HR. Ahmad dan an-Nasa’i].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ
وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ
التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ . [رواه مسلم وأبو داود] .
وَفِي لَفْظٍ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ يَعْنِي يَوْمَ
عَاشُورَاءَ . [رواه أحمد و مسلم] . وقَالَ أَبُو عَلِيٍّ رَوَاهُ أَحْمَدُ
بْنُ يُونُسَ عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ زَادَ فِيهِ مَخَافَةَ أَنْ
يَفُوتَهُ عَاشُورَاءُ . [انظر سنن ابن ماجه] .
Artinya: Dari Ibnu Abbas
r.a. (diriwayatkan bahwa) ia menerangkan: Ketika Rasulullah saw berpuasa
pada hari Asyura’ dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, maka mereka
berkata: Wahai Rasulullah, hari Asyura’ itu adalah hari yang diagungkan
oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw bersabda: Kalau
demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa [juga] pada hari yang
kesembilan. Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya: Tetapi sebelum datang
tahun depan yang dimaksud, Rasulullah saw telah wafat. [HR Muslim dan
Abu Dawud].
Dalam lafazh lain
Rasulullah saw bersabda: Jika Saya panjang umur sampai tahun depan,
niscaya saya akan berpuasa pada hari kesembilan, yakni hari, Asyura’.
[AR. Ahmad dan Muslim].
Abu ‘Ali mengatakan:
Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad Ibn Yunus dari Ibnu Abi Dzi’b dengan
tambahan “karena beliau takut ketinggalan ‘Asyura’.” [Lihat Ibnu Majah].